Hm… ditulisan kali ini aku ga bahas
tentang makeup, tapi aku akan menceritakan tentang proses persalinan pertamaku.
Pasti banyak wanita diluaran sana yang sedang galau ato gugup banget waktu
menghadapi proses persalinan, apalagi jika itu yang pertama, sama seperti yang
aku rasakan, dari jauh-jauh hari aku sudah galau mau memilih proses persalinan
normal atau Caesar (c-sec). Berbeda dengan wanita lain kebanyakan diluaran sana
yang pasti sudah meneguhkan hati dan bilang “aku mau lahiran normal”, tidak
berlaku untukku, karena dari awal aku tau aku hamil aku sudah berencana untuk
c-sec, namun begitu banyak suara-suara yang mengatalan “jika tidak lahiran
normal maka belum merasakan menjadi wanita seutuhnya.” Dalam hati “apaan sih”
karena menurutku wanita ga wanita seutuhnya itu bukan dinilai dari proses
persalinannya, mau normal atau c-sec itu juga sama-sama beresiko untuk ibunya,
at least si ibu dengan tehnik apapun kelahirannya sudah pasti dia mengorbankan
nyawa untuk bayi nys. Belum lagi ada teman yang baru melahirkan dan bercerita
jika c-sec benar-benar merepotkan karena proses pemulihan yang lama, tambah
bingung deh.
Aku
memantapkan hati dan pikiran tidak akan memikirkan proses persalinan sampai
sudah benar-benar dekat due date nya, dokter memperkirakan aku melahirkan pada
tanggal 12 januari 2016 jika normal (kalau c-sec biasanya sebelum tanggal itu).
Waktu itu tanggal 23 Desember 2015 dan waktunya kontrol ke dokter, dokter
bertanya mau lahiran dengan cara apa, dan dengan mantap aku langsung bilang
“c-sec aja Dok.” Dan dokternya balik bertanya “gak mau coba normal saja?” dan
aku hanya menjawab dengan senyuman karena setelah banyak mendengar, membaca
tentang proses kelahiran membuatku menjadi sedikit takut, jadi aku memilih mana
yang rasa sakit dan rasa takutnya tak begitu terasa saja. Setelah di usg
ternyata bayi ku terlilit tali pusat 2x, walaupun bisa lahiran secara normal
tapi akan beresiko tercekik jika bayinya kurang kooperatif waktu dilahirkan.
Entah mengapa aku sedikit senang, karena itu bisa jadi pembenaran buat diriku
sendiri, dan seakan aku merasa c-sec adalah pilihan bayi ini. Dan Doker
menjadwalkan aku melahirkan pada tanggal 5 Januari 2016.
Selanjutnya
untuk control terakhir dan booking kamar di rumah sakit kami datang lagi ke
rumah sakit tanggal 30 Desember 2015, dan disitu suamiku meminta jadwal c-sec
diganti ke tanggal 6 Januari 2016 karena menurutnya tanggalnya cantik 6116,
dokter mengiyakan, namun karena jadwal dokter operasi yang padat kami kebagian
operasi jam setengah 12 siang.
4 Januari 2016.
Seperti
biasa aku bangun jam 5 Pagi menyiapakan sarapan dan bekal untuk suami ku ke
kantor, suamiku pagi itu berangkat jam 6 pagi dari rumah karena dia mau ngegym
dulu di mall depan kantornya di daerah pejaten. Sepertia biasa saat suami ku
pergi, aku naik ke kamar dan bersiap-siap
untuk tidur lagi, namun tiba-tiba seperti ada air mengalir, seakan aku
pipis tapi tak tertahankan, lalu aku berdiri dan air itu masih belum berhenti
mengalir, segera aku ke kamar mandi dan aku merasa ini yang dinamakan “air
ketuban”, segera aku menelpon suamiku namun hp nya tidak diangkat, pasti hp nya
di silent dari semalem dan dia lupa mengaktifkan suara nya lagi, aku mencoba
lagi namun masih belum diangkat, mulai sedikit gelisah dan aku berencana akan
pergi sendiri saja ke rumah sakit naik taxi atau grab car. Namun sesaat ada
panggilan masuk, dan tenanglah hatiku karena suami ku menelpon, aku langsung
menceritakan apa yang terjadi dan dia menyuruhku berbaring dan menunggunya
pulang karena dia ternyata masih belum jauh. Setelah aku tanya kenapa dia bisa
menelpon balik dia jawab “entahlah, firasat seperti pengen pegang hp saja”,
padahal saat itu di sudah di toll. Tuhan memang baik yah .
Aku bergegas menghubungi mama,
dan mama menyarankan aku segera ke RS dan mama akan segera menyusul bersama
papa dan saudara kembarku. Aku segera membereskan koper yang memang sudah aku
siapkan , mengingat-ingat lagi apakah ada yang ketinggalan dan bbm dengan
dokter kandunganku tentang apa yang terjadi, Dokterku segera menyuruhku ke RS
dan jangan panik, saat itu aku memang tidak panic, karena dari yang aku tahu proses
persalinan itu dari pecah ketuban sampai benar-benar melahirkan itu memakan
waktu yang cukup lama, bisa seharian. Yang aku rasakan cuma takut dan
deg-degan, karena ini berarti hari ini aku akan melahirkan.
Setelah
suamiku tiba dirumah, kami langsung pergi ke RS, tapi aku memutuskan tidak
langsung ke ruang bersalin namun ikut menemani suami ku ke bagian sdm RS,
karena suamiku kelihatan sangat panik, pasti dia akan sangat bingung jika petugas
adm meminta surat ini itu, karena yang tau letaknya di mana di dalam koper yah
aku, dan aku merasa amat sangat segar dan tidak ada rasa sakit saat itu, jadi
kami menyelesaikan adm RS bersama baru setelah itu aku masuk ruangan bersalin.
Tiba di
ruangan bersalin, aku langsung di CTG, karena sebelumnya sudah pernah CTG jadi
aku tidak takut lagi. Tak lama aku berbaring dan suster mengambil sample air
ketuban, dokterpun tiba di ruangan bersalin dan memeriksa ku, dan diputuskan
aku akan di operasi jam setengah 10 pagi karena saat itu jam 8 dan ada dokter
ada jadwal operasi juga, jadi aku harus mengantri.
Tak lama
suamiku datang dan kami berdoa bersama, lalu suster mengganti bajuku dan aku
bersiap masuk kamar operasi, di dalam kamar operasi pertama ku lihat ada bayi
baru di bawa keluar dan perawatnya bilang “masih antri yah bu, ada satu lagi.”
Sambil ia memasang infus ditanganku sambil aku bawel bertanya-tanya tentang
kapan giliranku, namun rasa nyeri saat jarum infus dipasang membuatku sedikit
kesal sambil bertanya “emang gini yah, rasanya nyeri sekali” dan perawatnya menjawab
“iya, lama-lama nyerinya hilang kok.”
Tiba
saatnya giliranku, aku dipindahkan ke ranjang operasi, lalu dokter anastesi
menyuntikan obat bius di tulang punggungku. Aku sudah menyiapkan mental untuk
suntkan itu yang katanya sakit sekali, sambil memeluk bantal dan tangan
susternya aku merelakan punggungku disuntik, namun jauh dari apa yang aku
bayangkan, ternyata tidak sakit sama sekali. Dan mulut bawel ini bertanya lagi
ke dokternya “ Dok, kok ga sakit yah, review dari orang-orang suntukan bius ini
yang paling sakit” dan dokternya yang masih muda dan ganteng menjawab “Yah,
tergantung yang nyuntik dong, ada tehniknya biar ga sakit hahaha”. Seketika
seperti apa yang dikatakan dokter ganteng itu kaki ku mulai kesemutan dan aku
mulai tidak bisa merasakan apa-apa dari dada ke bawah, lalu dokter anak datang
dan memperkenalkan diri padaku, diikutin dokter kandunganku yang datang dengan
bercanda tawa dengan dokter lainnya, benar-benar berbeda dengan ruang operasi
yang aku bayangkan. Lalu dimulailah prosesnya.
Ada tirai
hijau di depan dadaku, jadi aku tidak bisa melihat perutku yang sedang di
bedah, da nada dokter anastesi tadi yang mengajakku mengobrol sehingga aku
tidak gugup, tak lama sekitar 10 menit suara bayi mulai terdengar. Lega rasanya
walaupun bingung sekali karena semua terjadi begitu cepat. 5 menit kemudia bayi
ku di tunjukan kepadaku dalam keadaan bersih dan suster meletakannya di bibirku
untuk aku cium, lalu setelah itu dia membawa bayiku dan aku tidak ingat apa-apa
lagi.
Ternyata
obat bius itu membuat aku sangat mengantuk dan tertidur, saat bangun badanku
sudah rapi, dan aku melihat sudah jam 12 siang, dan aku ada di ruangan
pemulihan. Setelah suster melihat aku sadar dia menghampiriku dan segera
membawaku ke ruangan yang sudah aku booking tadi pagi, disana sudah lengkap
anggota keluargaku, dan adik kembarku menunjukan foto bayiku. Dan langung aku
meminta suster membawa bayi ku ke ruanganku karena sdah tidak sabar ingin
melihat nya dengan lebih jelas dan teliti.
Benar-benar
tidak ada rasa sakit yang aku rasakan saat itu, hanya rasa canggung karena
ternyata aku sudah sah menjadi seorang ibu. Keluargaku sibuk mengabadikan foto
bayi ku dan aku. Rasanya itu hari palling bahagia di dalam hidupku. Persalinan
yang aku takutkan sudah aku kalahkan, dan aku benar-benar berterrima kasih
untuk semua dokter yang telah membantuku di ruangan operasi tadi.
Setelah hampir
2 bulan menjadi seorang ibu aku menyadari satu hal, menjadi ibu atau bukan
ternyata tidak hanya berdasarkan tentang kehamilannya dan persalinannya, justru
untuk diriku sendiri aku merasa pengorbanan terbesarku untuk bayi ini dan
kenapa aku pantas di pangggil mama adalah saat aku mengalahkan rasa letih dan
ngantuk yang teramat sangat saat aku merawatnya sendiri dengan tanganku ini.
Untuk
ibu-ibu diluaran sana, tulisan ku ini bukan menyarankan kalian untuk memilih
persalinan c-sec sepertiku, namun untuk menguatkan kalian semua, percayahlah
jika Tuhan memberikan kekuatan dan kepercayaannya untuk menitipkan anak di dalam
rahimmu, tentu saja dia akan memberikan kekuatan untuk proses persalinanmu.
Jadi, tak ada yang perlu ditakutkan, calon ibu hanya perlu membuat dirinya
bahagia setiap hari.
Selamat
menikmati kehamilan kalian, percayalah bayi di dalam sana akan memilih. Seperti
bayi ku yang memilih sendiri tanggal dan proses kelahirannya.
Oke karena anakku sudah lapar,
aku sudahi dulu tulisanku, semoga tulisan ini bisa menginspirasi kalian semua.
Byee…
![]() |
Derron Malvino Gunadi 4 Januari 2016 |
Derron Malvino Gunadi 20 Februari 2016 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar