My childbirth Journal

Jumat, 26 Februari 2016

Hm ditulisan kali ini aku ga bahas tentang makeup, tapi aku akan menceritakan tentang proses persalinan pertamaku. Pasti banyak wanita diluaran sana yang sedang galau ato gugup banget waktu menghadapi proses persalinan, apalagi jika itu yang pertama, sama seperti yang aku rasakan, dari jauh-jauh hari aku sudah galau mau memilih proses persalinan normal atau Caesar (c-sec). Berbeda dengan wanita lain kebanyakan diluaran sana yang pasti sudah meneguhkan hati dan bilang “aku mau lahiran normal”, tidak berlaku untukku, karena dari awal aku tau aku hamil aku sudah berencana untuk c-sec, namun begitu banyak suara-suara yang mengatalan “jika tidak lahiran normal maka belum merasakan menjadi wanita seutuhnya.” Dalam hati “apaan sih” karena menurutku wanita ga wanita seutuhnya itu bukan dinilai dari proses persalinannya, mau normal atau c-sec itu juga sama-sama beresiko untuk ibunya, at least si ibu dengan tehnik apapun kelahirannya sudah pasti dia mengorbankan nyawa untuk bayi nys. Belum lagi ada teman yang baru melahirkan dan bercerita jika c-sec benar-benar merepotkan karena proses pemulihan yang lama, tambah bingung deh. 
Aku memantapkan hati dan pikiran tidak akan memikirkan proses persalinan sampai sudah benar-benar dekat due date nya, dokter memperkirakan aku melahirkan pada tanggal 12 januari 2016 jika normal (kalau c-sec biasanya sebelum tanggal itu). Waktu itu tanggal 23 Desember 2015 dan waktunya kontrol ke dokter, dokter bertanya mau lahiran dengan cara apa, dan dengan mantap aku langsung bilang “c-sec aja Dok.” Dan dokternya balik bertanya “gak mau coba normal saja?” dan aku hanya menjawab dengan senyuman karena setelah banyak mendengar, membaca tentang proses kelahiran membuatku menjadi sedikit takut, jadi aku memilih mana yang rasa sakit dan rasa takutnya tak begitu terasa saja. Setelah di usg ternyata bayi ku terlilit tali pusat 2x, walaupun bisa lahiran secara normal tapi akan beresiko tercekik jika bayinya kurang kooperatif waktu dilahirkan. Entah mengapa aku sedikit senang, karena itu bisa jadi pembenaran buat diriku sendiri, dan seakan aku merasa c-sec adalah pilihan bayi ini. Dan Doker menjadwalkan aku melahirkan pada tanggal 5 Januari 2016.
Selanjutnya untuk control terakhir dan booking kamar di rumah sakit kami datang lagi ke rumah sakit tanggal 30 Desember 2015, dan disitu suamiku meminta jadwal c-sec diganti ke tanggal 6 Januari 2016 karena menurutnya tanggalnya cantik 6116, dokter mengiyakan, namun karena jadwal dokter operasi yang padat kami kebagian operasi jam setengah 12 siang.
4 Januari 2016.
Seperti biasa aku bangun jam 5 Pagi menyiapakan sarapan dan bekal untuk suami ku ke kantor, suamiku pagi itu berangkat jam 6 pagi dari rumah karena dia mau ngegym dulu di mall depan kantornya di daerah pejaten. Sepertia biasa saat suami ku pergi, aku naik ke kamar dan bersiap-siap  untuk tidur lagi, namun tiba-tiba seperti ada air mengalir, seakan aku pipis tapi tak tertahankan, lalu aku berdiri dan air itu masih belum berhenti mengalir, segera aku ke kamar mandi dan aku merasa ini yang dinamakan “air ketuban”, segera aku menelpon suamiku namun hp nya tidak diangkat, pasti hp nya di silent dari semalem dan dia lupa mengaktifkan suara nya lagi, aku mencoba lagi namun masih belum diangkat, mulai sedikit gelisah dan aku berencana akan pergi sendiri saja ke rumah sakit naik taxi atau grab car. Namun sesaat ada panggilan masuk, dan tenanglah hatiku karena suami ku menelpon, aku langsung menceritakan apa yang terjadi dan dia menyuruhku berbaring dan menunggunya pulang karena dia ternyata masih belum jauh. Setelah aku tanya kenapa dia bisa menelpon balik dia jawab “entahlah, firasat seperti pengen pegang hp saja”, padahal saat itu di sudah di toll. Tuhan memang baik yah .
Aku bergegas menghubungi mama, dan mama menyarankan aku segera ke RS dan mama akan segera menyusul bersama papa dan saudara kembarku. Aku segera membereskan koper yang memang sudah aku siapkan , mengingat-ingat lagi apakah ada yang ketinggalan dan bbm dengan dokter kandunganku tentang apa yang terjadi, Dokterku segera menyuruhku ke RS dan jangan panik, saat itu aku memang tidak panic, karena dari yang aku tahu proses persalinan itu dari pecah ketuban sampai benar-benar melahirkan itu memakan waktu yang cukup lama, bisa seharian. Yang aku rasakan cuma takut dan deg-degan, karena ini berarti hari ini aku akan melahirkan.
Setelah suamiku tiba dirumah, kami langsung pergi ke RS, tapi aku memutuskan tidak langsung ke ruang bersalin namun ikut menemani suami ku ke bagian sdm RS, karena suamiku kelihatan sangat panik, pasti dia akan sangat bingung jika petugas adm meminta surat ini itu, karena yang tau letaknya di mana di dalam koper yah aku, dan aku merasa amat sangat segar dan tidak ada rasa sakit saat itu, jadi kami menyelesaikan adm RS bersama baru setelah itu aku masuk ruangan bersalin.
Tiba di ruangan bersalin, aku langsung di CTG, karena sebelumnya sudah pernah CTG jadi aku tidak takut lagi. Tak lama aku berbaring dan suster mengambil sample air ketuban, dokterpun tiba di ruangan bersalin dan memeriksa ku, dan diputuskan aku akan di operasi jam setengah 10 pagi karena saat itu jam 8 dan ada dokter ada jadwal operasi juga, jadi aku harus mengantri.
Tak lama suamiku datang dan kami berdoa bersama, lalu suster mengganti bajuku dan aku bersiap masuk kamar operasi, di dalam kamar operasi pertama ku lihat ada bayi baru di bawa keluar dan perawatnya bilang “masih antri yah bu, ada satu lagi.” Sambil ia memasang infus ditanganku sambil aku bawel bertanya-tanya tentang kapan giliranku, namun rasa nyeri saat jarum infus dipasang membuatku sedikit kesal sambil bertanya “emang gini yah, rasanya nyeri sekali” dan perawatnya menjawab “iya, lama-lama nyerinya hilang kok.”
Tiba saatnya giliranku, aku dipindahkan ke ranjang operasi, lalu dokter anastesi menyuntikan obat bius di tulang punggungku. Aku sudah menyiapkan mental untuk suntkan itu yang katanya sakit sekali, sambil memeluk bantal dan tangan susternya aku merelakan punggungku disuntik, namun jauh dari apa yang aku bayangkan, ternyata tidak sakit sama sekali. Dan mulut bawel ini bertanya lagi ke dokternya “ Dok, kok ga sakit yah, review dari orang-orang suntukan bius ini yang paling sakit” dan dokternya yang masih muda dan ganteng menjawab “Yah, tergantung yang nyuntik dong, ada tehniknya biar ga sakit hahaha”. Seketika seperti apa yang dikatakan dokter ganteng itu kaki ku mulai kesemutan dan aku mulai tidak bisa merasakan apa-apa dari dada ke bawah, lalu dokter anak datang dan memperkenalkan diri padaku, diikutin dokter kandunganku yang datang dengan bercanda tawa dengan dokter lainnya, benar-benar berbeda dengan ruang operasi yang aku bayangkan. Lalu dimulailah prosesnya.
Ada tirai hijau di depan dadaku, jadi aku tidak bisa melihat perutku yang sedang di bedah, da nada dokter anastesi tadi yang mengajakku mengobrol sehingga aku tidak gugup, tak lama sekitar 10 menit suara bayi mulai terdengar. Lega rasanya walaupun bingung sekali karena semua terjadi begitu cepat. 5 menit kemudia bayi ku di tunjukan kepadaku dalam keadaan bersih dan suster meletakannya di bibirku untuk aku cium, lalu setelah itu dia membawa bayiku dan aku tidak ingat apa-apa lagi.
Ternyata obat bius itu membuat aku sangat mengantuk dan tertidur, saat bangun badanku sudah rapi, dan aku melihat sudah jam 12 siang, dan aku ada di ruangan pemulihan. Setelah suster melihat aku sadar dia menghampiriku dan segera membawaku ke ruangan yang sudah aku booking tadi pagi, disana sudah lengkap anggota keluargaku, dan adik kembarku menunjukan foto bayiku. Dan langung aku meminta suster membawa bayi ku ke ruanganku karena sdah tidak sabar ingin melihat nya dengan lebih jelas dan teliti.
Benar-benar tidak ada rasa sakit yang aku rasakan saat itu, hanya rasa canggung karena ternyata aku sudah sah menjadi seorang ibu. Keluargaku sibuk mengabadikan foto bayi ku dan aku. Rasanya itu hari palling bahagia di dalam hidupku. Persalinan yang aku takutkan sudah aku kalahkan, dan aku benar-benar berterrima kasih untuk semua dokter yang telah membantuku di ruangan operasi tadi.
Setelah hampir 2 bulan menjadi seorang ibu aku menyadari satu hal, menjadi ibu atau bukan ternyata tidak hanya berdasarkan tentang kehamilannya dan persalinannya, justru untuk diriku sendiri aku merasa pengorbanan terbesarku untuk bayi ini dan kenapa aku pantas di pangggil mama adalah saat aku mengalahkan rasa letih dan ngantuk yang teramat sangat saat aku merawatnya sendiri dengan tanganku ini.
Untuk ibu-ibu diluaran sana, tulisan ku ini bukan menyarankan kalian untuk memilih persalinan c-sec sepertiku, namun untuk menguatkan kalian semua, percayahlah jika Tuhan memberikan kekuatan dan kepercayaannya untuk menitipkan anak di dalam rahimmu, tentu saja dia akan memberikan kekuatan untuk proses persalinanmu. Jadi, tak ada yang perlu ditakutkan, calon ibu hanya perlu membuat dirinya bahagia setiap hari.
Selamat menikmati kehamilan kalian, percayalah bayi di dalam sana akan memilih. Seperti bayi ku yang memilih sendiri tanggal dan proses kelahirannya.
Oke karena anakku sudah lapar, aku sudahi dulu tulisanku, semoga tulisan ini bisa menginspirasi kalian semua. Byee


Derron Malvino Gunadi 4 Januari 2016

Derron Malvino Gunadi 20 Februari 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS